Suka Duka Dalam Menjalani Promil IVF di Ferina Surabaya 2019

Pic : Pexels/ Singkham

Ketika  kenyataan menyatakan bahwa kita harus menjalani program berbantu ivf, itu rasanya seperti “hah serius sampai ke tahap ini”?? Dari sini kita berdua harus mempersiapan segalanya dan yang paling utama yaitu dana, mental dan tentunya kesehatan. Karena percuma juga kalau cuma memikirkan yang kesulitan yang kita punya yang ada malahan makin stres, tapi disini saya berusaha enjoy dalam menghadapinya.

Manusia wajib berikhtiar tapi semua yang menentukan adalah Allah subhanahuata’ala. Begitupun kami, kami hanyalah manusia biasa yang hanya bisa berusaha. Selama itu halal kami usahakan segalanya. Entah jalan mana yang akan berhasil, membuat kami jatuh bangun dalam setiap prosesnya. 


Kunjungi juga channel youtube saya

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Video : Youtube/ Catatan Anita


Flash Back Cerita di IVF Pertama (Ferina -Surabaya)

Perjalanan kami dalam proses bayi tabung juga gak semulus jalan tol. Memang di awal semua terasa indah, sampai-sampai hasil after 2ww itu sempat berhasil tapi selanjutnya ia gugur karna tidak berkembang. Berusaha ikhlas atas semua ketentuannya, itulah yang kami pegang. 

Masih cerita dahulu di ferina, saya yang harus kontrol dan bolak balik ke ferina, membuat saya harus stay lebih lama di gresik (rumah mertua) dan akhirnya ngekos di graha 100 (tepat di belakang ferina) pada saat mulai suntik stimulasi pembesar telur. Hal ini membuat saya dan suami tentu saja LDR’an sekian minggu karena ia harus kerja di jakarta. Meski juga suami sering menengok saya seminggu sekali. Sabtu pagi dia datang dan senin pagi dengan pesawat paling pagi menuju jakarta, langsung kerja. Begitu saja setiap minggunya. Semua berlangsung sampai saya saat itu dinyatakan positif hamil. Setelah rapot after 2ww yang beta hcgnya tinggi dan saya dinyatakan hamil, sepuluh hari dari pengumuman itu saya kembali ke rumah mertua. Alhamdulilah punya mertua yang perhatiannya sama seperti orang tua sendiri. Jadi meski hari-hari saya dan suami jarak jauh, saya berasa di jaga oleh kedua mertua saya.


Baca juga :


Perjuangan ini membuat kami berfikir, kalau segalanya itu butuh kerja sama apalagi sekarang kita nih sedang berjuang. Suami yang nyari dananya, saya yang siapkan badannya, dan mertua yang siap siaga mendampingi kami saat proses di ferina dulu.

Bisa dibilang perjuangan ivf saya dulu di ferina itu dari awal pengecekan screening mulus, hanya ada sedikit kerikil kecil yang membuat kami sempat down. Pada waktu setelah screening, dimana suami yang sudah menghabiskan 4 suntikan (ovidrel) untuk masa suntik 1 bulan, setelah di cek lab lagi, ternyata kondisinya kok malah makin ngedrop. Hal ini membuat suami tentu saja down yang sampai berderai air mata.. sedih kalau di ingat tapi saya berusaha menguatkannya dan bilang saat itu “inget kalau besok berhasil langsung sujud syukur ya, udah gak usah di pikirin yang ini, kita jalan terus, dokter pun juga bilang masih bisa kok”. Kata-kata sayapun di amini oleh malaikat dan di kasih jalan oleh Allah. Kami menghasilkan 15 embryo dan di D5 embryo yang bagus ada 6. Di pengumuman after 2ww pun hasil beta hcg saya tinggi.  Angka 468 membuat saya dan suami bingung atas penjelasan dokter. Dimana dokter bilang sebelum kami duduk rapi di depan mejanya, "ibu hamil, klo dari hasil beta hcg ini sih bisa kembar, tinggi banget”. Sontak hal ini membuat kami antara bingung dengan pikiran "ah masa sih" dan tentunya bahagia banget pada saat itu. Keluar ruangan dokterpun kami udah senyam senyum aja.. **Indah banget kalau di kenang.


Pic : Pexels/ pixabay

Tapi ternyata momen bahagia itu hanya berlangsung 2 minggu setelah pengumuman hasil rapotan tersebut. Kami di uji. Setelah sekian hari kami merasa terbang di atas awan, ternyata kami harus menelan pil pahit, kami kehilangan mereka, tiga embryo yang sudah di tanam itu pergi semuanya dengan timbulnya perdarahan di minggu ke 6 kehamilan. 

Entah rasa terlalu banggakah ini semua sampai ada pikiran di kala itu “ternyata gampang ya prosesnya, semua lancar jaya”, namun Allah berkehendak lain. Saya dan suami harus lebih bersabar dalam mendapatkan momongan.

Mungkin orang lain bisa depresi, mungkin yang lainnya juga bisa gak terima. Atau bahkan ada yang bilang, “wah mba kuat ya, saya di posisi mba belum tentu kuat”. Entahlah saya hanya berusaha tegar atas semua ketentuan/ takdir yang sudah di gariskan oleh Allah. Selebihnya biarkan saya lebih mendekat kepadaNYA dan mendapatkan ketenangan.

Pic : Pexels/ Lisa

Sebenarnya ivf pertama itu memang menyisakan duka dan harapan akan masih adanya cadangan embryo lainnya yang masih di bekukan di ferina (masih ada 3 embryo lagi). Sehingga saat jatuh kala itu tidak butuh waktu lama untuk saya bangkit kembali. Dan harapan itu membuat saya bilang, “saya harus bangkit karena masih ada 3 embryo lagi yang ngekos (di freeze) di ferina”. Kuat kembali dan bersiap untuk yang selanjutnya.

Memang jelas ini menjadi suatu harapan bagi kami, karena waktu itu saya menghasilkan 6 embryo bagus di D5. Lalu 3 di tanam (fresh embryo, lalu 3 lainnya di bekukan).

Setelah menaikan mental yang sudah jatuh, moment selanjutnya adalah perginya mama yang begitu cepat. Saya merasa masih belum selesai berjuang mewujudkan keinginannya memperoleh cucu, tapi ternyata takdir berkata lain, mama pergi selamanya dari dunia ini tanpa bisa melihat lagi perjuangan kami. Dan disitulah saya merasa jatuh sejatuhnya. Kepergian mama membuat dada terasa sesak. Saya harus belajar lagi dalam memahami sebenarnya apa yang terjadi, kenapa semua jadi begini, kenapa mama pergi begitu cepat dan semua pertanyaan dengan kata depan kenapa ada di pikiran saya.


Pic : Pexels/ pixabay


FET Di Ferina Maret 2020

Dua bulan setelah kepergian mama, saya kembali mencoba peruntungan dengan menjemput mereka yang masih ngekos di ferina, alias kami lakukan FET pada 3 embryo tersebut di bulan maret 2020. Dan kembali kami harus merasakan pil pahit, kali ini hasilnya langsung negatif jadi artinya gagal. Yup kami belum berhasil.  Beta hcg yang dihasilkan sangat rendah. Atau bisa dibilang embryo ini tidak berkembang sama sekali di rahim. Setelah moment itu gak lama datanglah virus corona yang menggemparkan dunia dengan menghantam setiap negara dan daerah. Penyebarannya sedemikian cepat ke seluruh dunia. Banyak negara di lock down dan kami pun kembali ke jakarta sebelum jakarta benar-benar di lock down. Istirahat dan merefreskan pikiran hanya di dalam rumah.


Baca juga :


Entah bagaimana rencana Allah, kami tidak pernah tahu. Manusia hanya melihatnya sebagai sesuatu kegagalan, sesuatu yang buruk, sesuatu yang sedih, derita dan lain sebagainya. Tapi saya mencoba menelaahnya dengan lebih baik. Selama ini Allah selalu menjawab doa-doaku, Allah selalu baik, selalu mengabulkan dan memberikan yang terbaik untuk saya. Kenapa saya harus meragukan ketentuannya, kenapa saya harus mempertanyakan ini semua. Dan semua kadang naik turun saya memikirkannya.

Meski gak mudah, saya mencoba mengikhlaskan apa yang  sudah terjadi. Yang terjadi ya sudah terjadi. Saya dan suami berfikir mungkin Allah sedang menyelamatkan kita. Mungkin Allah sedang menguji iman kita, dan akan memberikan pahala kesabaran ini berlipat-lipat di depan sana. Memberikan kemudahan-kemudahan setelah kesulitan yang kami hadapi, seperti dikatakan di dalam qura'an surat  Al- insyira: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan". Mungkin Allah akan memberikan akumulasi kebahagiaan di depan sana. Entahlah, saya dan suami hanya bisa berhusnudzon dan terus berpositif thingking kepadaNYA.

Gak pernah tahu dan gak pernah nyangka perjuangan kami untuk memperoleh momongan sampai sejauh ini. Semua terkuras, mental, materi, tenaga, pikiran. Dan semua sudah kita jalani dengan kedepannya untuk lebih sabar atas apa yang belum kita miliki.

Ivf di ferina membuat saya belajar banyak akan kehidupan. Banyak berkenalan dengan orang baru yang sama-sama pejuang garis dua. Banyak belajar tentang arti kesabaran, menunggu dan memperoleh hasil. Ferina membuat saya jadi belajar tentang ilmu yang namanya bayi tabung. Yang selama ini belum pernah saya ketahui. Karena saya hanya tahu setelah menikah ya pasti punya anak, hamil alami, kalaupun susah hal maksimal yang saya tahu dulu adalah inseminasi. Sedangkan di proses bayi tabung ini prosesnya tidak semudah hamil alami. Karena program kehamilan berbantu ini semua butuh ketelitian, analisa dan ketepatan resep, perhitungan dokter dan hal lainnya. Yang serba hati-hati untuk mendapatkan hasil postif, yakni sebuah kehamilan seorang wanita. Yang jelas program bebantu ini memang  menguji kesabaran dan keikhlasan kita.

Ferina yang memberikan saya pengalaman tentang, kita tuh gak sendirian lho, ternyata banyak banget pasangan di luar sana yang kesulitan juga dalam mendapatkan momongan seperti kami. Pasangan yang sudah kelihatan senior ada, junior yang terlihat kayak pasangan baru nikah pun ada. Mereka datang dengan kasus yang berbeda-beda. Dari segi fisik kurus, langsing, tinggi, pendek semua ada. Juga masa pernikahan, ada yang masih 1-2 tahun menikah, bahkan yang sudah 14 tahun pun juga ada. Yang masih umur dua puluhan sampai empat puluh tahun juga ada. Mereka datang dari jauh-jauh dari luar kota, luar pulau semua kumpul disini. Mereka mengkonsultasikan masalahnya dan berharap para dokter dan team bisa membantu mewujudkan mimpi mereka untuk segera memiliki keturunan.

Ferina membuat kami, saya dan teman-teman kenalan berkumpul dan bercerita satu sama lain tentang kondisi masing-masing. Dimana kami jadi merasa senasib dan seperjuangan waktu disana. Kami yang dari beda daerah, tempat tinggal, menjadi satu di ruang tunggu rumah sakit ferina. Di bangku-bangku ruang tunggu itulah yang menjadi saksi bisu, pertemuan demi pertemuan saat menunggu antrian suntikan, konsultasi dokter, menunggu saat tebus obat,  yang membuat kami semangat dan mendoakan satu sama lain untuk bisa berhasil dan pulang dengan hasil positif yang menggembirakan. Membuat saya merasa ferina itu seperti kampus. Kampus sesaat yang memberikan banyak pengalaman tentang perjuangan yang sama-sama kami tempuh. Senasib seperjuangan melalui metode ivf.

Rasa takut dan khawatir itu perlahan hilang ketika datang ke ferina dan bertemu kenalan dan berbagi cerita satu sama lain. Membuat sayapun jadi semangat kala itu dalam setiap prosesnya. Bahkan gak berasa kalau kami itu sedang proses ivf lho, rasanya seperti ya ketemu temen-teman kampus. Kita sama-sama belajar, abis belajar trus ada ujiannya dan sama-sama merasakan deg-degannya saat hari pengumuman itu tiba (after 2ww). Disana juga ada ruang kantin, yang menjadi saksi bisu kami dalam menunggu dokter atau jeda waktu membuat kami jadi lebih santai akan semua rangkaian proses ini. Serius tapi santai menjalaninya namun hasilnya langsung dari Allah, yang membuat kami lolos tidaknya dalam sebuah ujian. Yang berhasil memperpanjang masa ngekos di sekitaran ferina, sedangkan yang gagal langsung pulang kembali ke daerahnya masing-masing.


Baca juga :


Saya rasa suka duka program ivf ini lebih kepada pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Berjuang mendapatkannya ternyata tidak semudah bikin sambel di dapur. Karena semua tentu atas campur tanganNYA.  Tidak ada yang perlu di sesali saat kekecewaan itu datang, karena saat semua sudah terwujud esok yang ada kita akan terharu sampai nangis bahagia. 

Kita bisa ceritakan ke anak cucu kalau kita pernah lho menjalani proses panjang ini. Mendapatkan anak itu gak mudah lho. Dan gak semua pernikahan, bisa mudah dalam mendapatkan keturunan. Di setiap pasangan dan pernikahan akan mengalami ujiannya masing-masing. Hanya takaran dan bentuknya aja yang berbeda-beda. 

Dari program ini kamu akan tahu seberapa kuat kamu dan pasangan bertahan dalam gelombang ujian yang menerpa. Seberapa kuat kamu berdua bisa saling berpegangan dalam kesedihan demi kesedihan yang mendatangimu. Saya percaya, "Menikmati makanan yang enak itu harus dengan rasa lapar, tanpa lapar makanan itu kurang nikmat rasanya". Seperti permen yang Allah kasihkan ke kami berlapis-lapis bungkusnya. Sebelum menikmati permen yang enak itu saya dan suami harus buka berkali-kali bungkusnya, effort ya. Begitulah manusia, kalau dikasih permen tanpa bungkus pasti akan terkesan aneh banget sih. Sedangkan kita sebenernya hanya butuh permennya aja bukan bungkusnya. Tapi permen tanpa bungkus itu akan lebih aneh. Sehingga saya menganalogikan permen itu seperti arti Al Qur'an Surat Al-Insyirah Ayat 5-6 yang berbunyi, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." 

Juga ayat lainnya Al Baqoroh 286, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya."


Jadi yuk bersiap dan mari kita berpositif thingking. Yakin di depan sana akan mendapatkan nikmat yang besar, kebahagiaan berlipat-lipat, hasil terakumulasi yang sungguh sangat membahagiakan :)


Kunjungi juga channel youtube saya

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Video : Youtube/ Catatan Anita





























Post a Comment