Kenapa Rumput Tetangga Selalu Kelihatan Lebih Hijau?



"Wah si a abis beli mobil baru", " duileehh... si b jalan-jalan mulu kerjanya", "enaknya... si c jalan-jalan teroos", "ih dia sih enak dirumah aja.. lakinya duitnya banyak". Dan beragam omongan tetangga online atau offline yang suka kita denger. Kadang risih gak sih, atau kamu sendiri biasa aja menghadapinya omongan kayak gitu? 

Memang tanggapan orang bisa beda-beda kalau ada yang mengomentari tentang kehidupan mereka. Ada yang biasa aja, ada juga yang bisa sewot. Padahal komentarnya cuma becanda atau memang jahil. Tapi biar gimanapun orang juga bisa macem-macem reaksinya kalau ada yang ngomentarin kehidupannya. 


Baca juga :


Kunjungi juga channel youtube saya
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Video : Youtube/ Catatan Anita

Begitu juga dengan keseharian kita, saya dan kamu juga mereka di luar sana. Media sosial yang selalu menampakan yang bagus-bagusnya aja suka banget bikin orang iri. Dan memang pada hakikatnya semua orang itu punya bakat iri. Tapi yang membedakan adalah gimana reaksinya aja. Ada yang diem aja gak peduli, bodo amat, ada yang ikutan happy lihat orang happy, ada juga yang berkomentar yang gak enak. Semua tergantung cara kita menghadapinya. Memang sudah konsekuensi kalau mau sudah berani share di medsos, ya artinya berani ambil resiko akan di komentari orang. Enak atau enggak komentar orang, jelas kita gak bisa ngatur pemikiran atau pendapat orang.

Saya menyadari medsos itu bagaikan pisau bermata dua, bisa digunakan untuk yang baik bisa juga untuk hal kriminal. Bisa untuk cari uang, bisa juga untuk sekedar having fun aja.  Karena yang sebenarnya terjadi dikehidupan manusia ini, tidak ada yang sempurna. Mayoritas yang di umbar di medsos yang bagusnya aja.

Dulu mungkin tetangga kita ya sekitar lingkungan rumah, temen-temen di sekolah, kampus, lingkungan kerja dan orang-orang terdekat aja. Tapi sekarang semua berubah ketika medsos menjadi tempat paling hitz untuk share keseharian kita. 


Picture : Pexels.com/ Rodnae productions

Rumput tetangga memang selalu kelihatan lebih hijau, kalau gak pinter-pinter bersyukur kita akan ikut arus yang fokus lihat dengan kehidupan tetangga online atau offline yang "kayaknya lebih enak dari kita". Fokus terhadap kehidupan orang lain yang akan membuat kita buta akan segala hal yang telah kita miliki sekan akan gak berarti.

Yang sudah punya anak, iri lihat orang yang belum punya anak yang kerjanya jalan-jalan mulu kayak orang pacaran tiap weekend, kayak gak ada beban pacaran mulu kerjanya. Yang belum di karuniakan anak, iri liat orang-orang yang sedemikian gampangnya memiliki anak, lepas KB aja udah langsung jadi, yang membuat rumahnya selalu rame. Yang jadi pekerja kantoran, iri liat temennya yang jadi ibu rumah tangga dirumah aja, yang tiap hari tanpa harus susah payah bangun pagi ke kantor. Yang jadi ibu rumah tangga, iri melihat orang-orang atau temen sebayanya masih jadi pegawai kantoran kerja setiap hari yang tiap bulan nerima gaji.

Begitulah manusia gak ada habisnya, kalau mereka yang lihat itu tahu apa yang terjadi di belakangnya kayaknya gak akan juga berkomentar dengan kata depan "wah enaknya". Setiap orang punya masalah, cuma mereka itu gak pernah di publish aja di medsos tentang masalahnya. 


Picture : Pexels.com/ Andrea piacquadio

Seorang wanita karir yang bekerja, yang harus meninggalkan anaknya di rumah di asuh oleh orang tuanya atau ditaruh di penitipan anak, yang di liat temen-temen lainnya enak ya masih gajian tiap bulan, selalu posting foto nongkrong di coffeshop, haha hihi sama temen-temennya. Si temennya yang hanya lihat di medsos gak akan tahu kalau ia  juga punya masalah, yang saat ini sudah berstatus janda kedua kalinya. Mereka gak akan pernah tahu kalau dia punya masalah besar yang berat di belakangnya. Keputusan kerja dan meninggalkan anaknya setiap hari ya karna demi untuk bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan sehari untuk ia dan anak semata wayangnya. Orang lain yang gak tahu cerita ini, ya tahunya ia kerja, senang-senang di bersama teman-temannya di coffeshop, nongkrong sana-sini. Tapi apakah itu kebahagiaan dia yang sebenarnya? Apa kamu mau juga iri dengan keadaan aslinya? Mereka bisa bilang iri lantaran gak pernah tahu kisah hidupnya yang sebenarnya. 

Kisah lainnya seorang wanita karir yang memutuskan untuk tetap bekerja, dan suka berbagi foto-foto selfie layaknya anak muda yang masih centil di medsos yang terlihat happy. Orang di luar sana gak tahu kalau ternyata ia masih tetap bekerja lantaran suaminya kurang bisa menghidupi kebutuhan bulanan untuk dia dan anak-anaknya. Sehingga ia gak bisa santai dirumah dan harus bekerja memenuhi kebutuhan rumah juga. Dan orang tahunya ya ia happy aja di dalam story-story medososnya. Apa kamu iri juga dengan cerita asli kehidupannya ini?

Kisah lain yang orang tahunya mereka romantis dalam status-status medsosnya, eh ternyata di balik itu mereka sedang bertarung di pengadilan dalam gugatan perceraian. Aneh bukan, cerita macam apa yang di dalamnya ternyata ada badai tapi masih bisa posting foto mesra seakan gak terjadi apa-apa di medsos.

Kisah lainnya, orang yang mungkin melihatnya gak kelihatan ada kesedihan dan masalah, tapi orang-orang ini suka posting tentang kebersamaannya di weekend, jalan, nongkrong, traveling, liburan. Padahal cerita aslinya di dalamnya, mereka gak seratus persen happy, mereka masih sangat mendambakan keturunan yang sekian tahun di harapkan kehadirannya. Kisah-kisahnya menjalani program kehamilan yang kegagalan demi kegagalan yang di lalui, naik turunnya mereka dalam menghadapi. Tangisan, air matanya, dan permasalahan pelik juga krusial tentang mereka berdua, yang gak mungkin juga harus diketahui orang banyak bukan. Apa mereka yang melihat kebahagiaan pasangan ini tahu tentang ini, dan apa masih iri dengan cerita aslinya?

Dari beberapa kisah ini saya berasumi, medsos itu fake. Medsos itu bisa jadi suatu kebohongan, yang kelihatan bagus terus di postingan, di story tapi sebenarnya di belakangnya itu gak jujur, gak sesuai dengan cerita aslinya. Memang kita gak dituntut jujur oleh medosos karena itu sudah masuh wilayah privasi, tapi sebagai penikmat medsos kita memang seharusya bijak dalam melihat postingan yang ada di depan mata bukan di telan bulat-bulat.

Menysukuri apa yang telah di miliki adalah suatu keharusan. Daripada membandingkan kita dengan kehidupan orang lain, mendingan kita bandingkan kondisi kita yang dulu dan sekarang. Apakah sudah lebih baik, apa sudah menjadi orang yang lebih baik. Apakah sudah lebih dekat denganNYA, atau masih mencari kemewahan dunia, kegemerlapan dunia tanpa mau melihat yang utama, yakni akhirat.

Makin bertambah umur bukannya kita harusnya makin mendekat kepadaNYA? Melihat kanan kiri, itu boleh-boleh saja, tapi kalau keseringan liat ke samping yang ada jalan kita gak akan benar.

Melihat kebelakang terus juga gak ada gunanya, sebaiknya sesekali saja untuk dijadikan pelajaran dan pengalaman agar kita bisa terus fokus terus maju kedepan.


Picture : Pexels.com/ Lisa fotios

Apa yang terlihat bagus, sebenarnya gak bagus-bagus juga kok. Karena kita gak tahu keasliannya. Kita gak tahu cerita dibelakangnya. Gak tahu apa-apa tentang itu semua. Hanya cover depannya saja yang kelihatan membuat iri semua orang. 

Karena semua tak sama, tak pernah sama, duh kayak lagunya padi :)

Jika ini tentang dunia, sepatutnya sangat tidak perlu untuk di irikan. Karena, Allah memberikan rezeki kepada yang dikehendakiNYA, Allah akan menaikan derajat kepada orang yang dikehendakiNYA. Siapa yang berusaha sungguh-sungguh, itulah yang akan ia dapatkan.

Picture : Pexels.com/ Monstera


Dunia itu memang sementara, akhiratlah yang abadi. Baru kemarin rasanya lulus kuliah kerja pertama kalinya, eh sekarang sudah dirumah mengurus suami, rumah dan kesehariannya. Baru kemarin ngobrol curhat tentang ini itu ke mama tiap pulang kerja, eh sekarng sekarang mama sudah gak ada. Bahkan sudah hampir 3 tahun yang lalu ia meninggalkan saya disini.

Selalu bijak dalam menyikapi apa yang terjadi di sekeliling kita akan lebih baik, daripada hanya membandingkan kehidupan kita dengan orang-orang di luar sana. Bahagia itu di mulai dari hati, bukan dari apa yang belum kita miliki.




Kunjungi juga channel youtube saya
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Video : Youtube/ Catatan Anita



1 Comments

  1. Intinya Krn kurang bersyukur ya mba... Padahal sebenernya, kalo mau melihat apa yg kita punya, kita syukuri, hidup pasti jauuuh lebih tenang dan nikmat. Melihat sesekali punya orang, boleh2 aja. Tapi jadikan sebagai motivasi. Aku melihat temen2 yg hobinya traveling, bisa ke Eropa lamaaaa, jalan kesana kesini, malah bikin aku semangat utk lebih rajin nabungnya supaya bisa kesana juga. Capek kalo dibikin iri mulu. Yg ada bad mood mikirin kenapa kita ga bisa kayak gitu 😁

    ReplyDelete

Post a Comment