Memasuki Trimester Kedua dan Ketiga - IVF Di Bocah Indonesia (Part 10)

Pic : pixabay.com


Kehamilan memang proses yang unik, tidak mudah tapi sekaligus menyenangkan. Bagi saya wanita yang baru merasakan benar-benar hamil, hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Saya yang menunggu momen ini dalam 7 tahun pernikahan merasakan betul bahwa wanita hamil itu masya allah banget.

Diuji dengan fisik yang melemah, kadang gak enak makan, kadang suka sakit di beberapa bagian tubuh,  sering pusing, gampang melow, bahkan gampang nangis, lebih sensitif dan hal lainnya yang tidak pernah terjadi waktu sebelum hamil.

Kekurangannya banyak, kelebihannya juga banyak. Suami yang lebih perhatian, lebih di manjakan dan berbagai hal amazing lainnya yang akan dirasakan membuat saya harus lebih banyak bersyukur di momen-momen ini.


Pic : pixabay.com


Trimester Kedua

Memasuki trimester dua ini saya merasa tubuh yang lebih kuat dibanding sebelumnya di trimester satu. Karena sempat nge’drop, atau K.O karena kurang bisa ngapa-ngapain. Disini di trimester dua saya mulai bisa aktivitas seperti biasa, ya meski kekuatannya tidak bisa dibilang sama seperti sebelum hamil. Tapi dengan bisa aktivitas saja sudah alhamdulilah banget. Ya meski dirasa cukup effort juga, tapi saya senang bisa lakukan hal seperti biasanya. Aktivitas ringannya seperti bebersih rumah, cuci piring, masukin baju ke mesin cuci, jemur-jemur pakain, bersihkan lantai (tapi bukan ngepel), dan lainnya.

Saya juga mulai bisa sesekali masak dimana saya akan berdiri lebih lama di dapur, dan juga sesekali lakukan deep cleanning untuk barang-barang pajangan yang berdebu. Memang setelahnya akan seperti menguras tenaga, tapi saya masih kuat menjalani aktivitas harian dan lebih enjoy dalam mengerjakannya.

Di trimester kedua juga membuat saya lebih gampang dalam urusan makan, sudah gak ada lagi rasa mual dan muntah, apalagi sensitif dengan beberapa rasa (kemanisan atau keasinan), saya lebih bisa menerimanya. Ya meski setiap pagi gosok gigi dengan odol rasa mint membuat saya kembali mual dan selalu ingin muntah tapi tak membuat selera makan ikut berkurang juga. Minggu-minggu di trimester dua ini juga menyenangkan untuk bisa aktivitas jalan lebih aman, dan lebih nyaman. Kadang sesekali saya melakukan jalan-jalan kecil di dalam rumah atau sesekali di sekitaran rumah dengan jarak yang sesanggup saya saja. Meski perut sudah mulai keliatan membesar, tapi semua masih terkontrol. Dan memang benar maasa-masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam kehamilan. Si baby yang di dalam perut sudah mulai kuat, mama pun juga badannya lebih enakan buat ngapain aja. Enak di ajak jalan, enak di ajak jajan, wkwkwkwkw…

Oh ya meski begitu saya tetap membatasi ruang gerak saya untuk tidak terlalu cape. Karena kondisi fisik sekarang telah berubah. Saya sekarang sedang berbadan dua, ada si baby di dalam perut yang harus saya perhatikan kenyamanannya. Jadi kalau weekend ngemall paling-paling cuma nonton, makan aja trus pulang. Atau makan plus jajan-jajan aja trus pulang. Gak bisa lagi berlama-lama di mall. Rasanya badan ini maunya goleran tiduran aja dikamar dengan ac dingin yang membuat gampang tidur wkwkwkk.. Satu hal yang jangan pernah skip, jangan pernah lewatkan tidur siang. Karena tidur siang amat berarti untuk bumil. Tidur siang bukan sekedar istirahat tapi bisa memberi rileksasi untuk mama and baby yang ada di perut juga bisa mencharge tenaga bumil yang gampang habis.


Pic : pixabay.com


Kendala Yang Di Alami


Hal minus yang saya rasakan di trimester kedua ini adalah tekanan darah saya yang tidak stabil, dan cenderung meninggi. Entah karna apa tapi yang jelas dokter sempat bilang kalau ini bawaan kehamilan dan ada faktor dari ivfnya juga. Meski begitu saya dibantu dengan tetap konsumsi obat penurun darah (Dopamet dan Nifedivine) selama kehamilan. Memang tidak semua para bumil merasakan yang saya rasakan, tapi saya mencoba menerima kondisi ini meski kadang membuat saya kepikiran juga tentang kondisi baby di dalam perut, “apakah ia baik-baik saja atau gmn”. Kadar yang di tolerasi dokter cyntia waktu masih kontrol di bocah indonesia dulu di angka  di 140/90, jadi  kalau lebih dari itu disarankan langsung di minum obatnya. Dan memasuki trimester dua ini angkanya cenderung naik. Tapi saya percaya Allah akan menolong saya dan baby sampai waktu persalinan tiba.
Bismillah semua lancar dan sukses, aamiin..

Selanjutnya perubahan yang terjadi adalah kaki membangkak, terutama kaki kanan yang gak gampang kempesnya. Kasus pada umumnya bengkak kaki yang terjadi pada bumil itu di trimester ketiga, tapi saya sudah alami dari trimester satu. Ukuran sepatu pun tidak ada yang muat, dan kalaupun muat bantalan bawahnya harus juga enak dipakai. Kalaupun memaksakan yang ada akan sakit semua dari kaki sampai ke badan. Jadilah perubahan nomor sepatu saya yang awalnya 39 menjadi 41.

Oh ya untuk mendapatkan informasi selama kehamilan dan perkembangan si baby di dalam perut saya menggunakan aplikasi Diary Bunda aplikasi ini sangat berguna sekali untuk kita dalam memantau perkembangannya dari luar. Setidaknya kita tidak buta sama sekali ilmunya dan tahu apa yang mesti dilakukan dari minggu ke minggu selama kehamilan.


Pic : pixabay.com


Trimester Ketiga

Memasuki trimester ketiga segala yang dirasa di trimester dua akan semakin berasa. Seperti gampang pipis, jadi gak bisa menahan pipis. Wajib amat sangat bolak balik ke toilet apalagi di malam hari. Pinggang juga mulai sering berasa kurang enak, duduk lama akan berasa banget gak nyamannya. Dari rasa pegel sampe sakit, tidur apalagi saya sendiri jadi suka ganti-ganti posisi tidur tapi ya memang gak bisa jauh dari balik kanan dan balik kiri saja. Kalaupun sampe gak sengaja tidur celentang itu kayak bonus aja, padahal sih tidak disarankan tidur celentang di trimester tiga ini.

Karena kaki sudah bengkak otomatis ada saja keluhannya, mulai dari berasa kaku dan betis juga ikut-ikutan berasa pegalnya. Rasanya tuh kayak abis jalan jauh aja, padahal juga gak kemana-mana. Telapak tangan juga ikutan berasa kaku terutama di jari-jari, tapi ini masih bisa ditolerir karena kadang sedikit membaik, beda dengan kaki yang bengkak rasanya sudah kaku saja begitu. Solusinya ya cuma perbanyak istirahat aja, jangan lama-lama berdiri dan saat tidur kaki kasih tumpuan lebih tinggi dengan gunakan bantal.

Yang tiap pagi lancar juga suka tersendat, apalagi kalau bukan BAB. Rasanya tuh gak enak, berasa penuh dan makin penuh kalau belum keluarin yang seharusnya di keluarin itu. Oh ya, selain itu punggung juga rasanya makin gak enak. Jadi kalau suami sudah mau sedikit memijat bagian situ rasanya itu enak betul. Untuk masalah makan, sudah mulai tidak bisa makan banyak. Jadi kita pinter-pinter aja, makannya sedikit-sedikit tapi lebih sering. Hal ini guna membuat perut agar terasa tidak lebih penuh, karena kalau sudah makin pernuh rasanya itu engap dan ini beneran gak enak banget.

Oh ya masalah engap atau nafas yang tersendat-sendat sudah saya rasakan mulai di trimester dua, tapi yang ketiga makin-makin rasanya. Kita memang perlu mengatur saat makan, bicara dan aktivitas jangan sampai kehabisan tenaga karena memang sudah semakin ke atas baby yang di perut.

Rasanya memang waktu cepat sekali berlalu yang kemarin baru aja tahu hamil dengan beta hcg tinggi, kini sudah masuk di trimester ketiga dimana ukuran perut juga semakin besar. Makin besar perut makin berasa pertumbuhan debay di dalamnya, dimana kita makin bisa merasakan dengan pasti tendangan demi tendangannya, gerakannya dan tingkahnya. Rasanya happy gimana gitu, kalau lagi di pegang dan elus perut ini dan dia meresponnya juga :D

Untuk informasi periksa kehamilan dan konsultasi di bocah indonesia trakhir itu di kehamilan 14week, jadi setelahnya kita bisa mencari dokter kandungan lain yang dekat dengan rumah. Kami sendiri tadinya ingin terus kontrol ke dokter cyntia, ya meski sudah tidak di bocah indonesia tapi kita harus mau niat kejar sampai praktenya di daerah PIK Jakut. Dan berhubung jaraknya sudah terlalu jauh dan kami juga ada keperluan dengan dokter Fetomaternal jadinya kami memutuskan untuk pindah dokter setelah pertemuan trakhir kita dengan dokter cyntia di 14 week tersebut.


Pic : pixabay.com


Konsultasi ke Dokter Feto


Selanjutnya kami putuskan ke rumah sakit siloam daerah TB. Simatupang dengan dokter Astri, Sp. Obgyn, KFER Feto. Keputusan ke dokter astri tidak lain dikarenakan yang pertama dokter feto ini perempuan, jarak rumah sakitnya juga tidak terlalu jauh dengan rumah kami, lalu selanjutnya yang pasti jadwal kontrolnya masih bisa di tolerir dengan jadwal kerja suami. 

Dokter astri dari kesan pertama, dokternya itu sabar dan memberi penjelasan dengan cukup detail. Dikarenakan kontrol feto kami seharusnya dilakukan di kehamilan 22-28 minggu dan kami datang di kehamilan 18 minggu, jadinya saya kontrol biasa. Melihat kondisi baby sehat dan memastikan semuanya oke. Secara harga juga masih beda tipis dengan kontrol di bocah indonesia. Untuk USG, obat dan vitamin kami kena biaya kurang lebih 900ribuan.

Lalu pada pertemuan selanjutnya di kehamilan 23 minggu, kami sudah bisa cek fetomaternal. Cek detail kondisi baby, mulai dari organ-organnya, fungsi organ dan secara keseluruhan dilihat dengan lebih teliti. Pengecekannya pun lebih lama dari kontrol biasa. Untuk biaya feto ini kurang lebih kena biaya total 2.7 juta sudah dengan biaya admin, konsul dokter dan obat, vitamin yang dibutuhkan.

Kontrol disini, disiloam TB Simatupang dengan dokter astri, kami menjalaninya kurang lebih sampai di tiga pertemuan. Kenapa gak di lanjut sampai lahiran? Karena ada beberapa pertimbangan.

Di minggu ke 28 kami masih ketemu lagi dengan dokter astri, setelah dicek alhamdulilah semuanya oke, debay sehat, air ketuban bagus, organ baby juga baik semua, plasenta di atas, pokoknya segalanya bagus. Tapi ada satu yang mengganjal, ada yang perlu di perhatikan dengan khusus yakni tekanan darah saya. Semenjak masuk trimester kedua, memang angka tensi tidak lagi dibawah 140/90 selalu di atas itu jika saya cek tensi di rumah. Bahkan saya rajin tensi pagi, siang dan malam. Tapi angka itu selalu saja tinggi. Dan dokter astri mengkhawatirkan hal ini, menurutnya jika angkanya tidak juga menurun akan ada skenario pematangan paru di minggu di 30 week. Dengar hal ini tentu saja saya langsung down seketika rasanya mau nangis di ruang dokter. Dalam pikiran “ah masa iya bayi kami akan di keluarkan lebih awal, di terminate jauh sebelum waktunya”. Menurutnya jika tekanan darah saya tidak juga membaik akan membahayakan ibu dan baby. Saya yang bisa saja kejang-kejang sewaktu-waktu dan itu akan berdampak ke baby. Aliran oksigen dari plasenta ke baby akan terganggu. Jadi ini bisa mengancam nyawa keduanya. Sungguh sedih denger hal ini. Dan memang saya pernah tahu di medsos kalau tekanan darah itu bisa berdampak besar ke keduanya.



Pic : pixabay.com


Melahirkan di Sidoarjo


Tahu akan hal ini, kami langsung konsul dengan dokter pribadi (dokter obgyn tante, adeknya ibu mertua), dan beliau berpendapat kalau keduanya ibu dan bayi baik kondisinya kenapa harus di terminate. Rasanya masih bisa kok diperpanjang sampai pada waktunya nanti. Dan keputusan suntik pematang paru itu tidak perlu rasanya, begitu menurutnya. Iya kalau babynya kuat dengan suntikan itu kalau enggak gimana, menurut tante. Jadi mari kita usahakan semaksimalnya. Tapi kembali lagi tante tidak bisa memastikan saya dan baby oke kondisinya jika saya belum di tanganinya secara langsung.

Dengan adanya kondisi ini, akhirnya diputuskan keberangkatan saya ke gresik (rumah ibu mertua) dipercepat. Yang sebelumnya akan berangkat di 34 week, dimajukan menjadi di 30 week. Penerbangan internasional pun membatasi ibu hamil terbang di 32w0d. Maka dari itu saya dan suami gerak cepat untuk konsul lain ke dokter lain, guna mendapatkan surat izin terbang. Selanjunya sampe sana saya langsung di handle oleh tante yang berpraktek di rumah sakit sidoarjo. Ya semua demi keselamatan mama and baby. Meski urine albumin sudah +1 membuat saya harus lebih berjaga atas segala kondisi. Sudah banyak cerita ibu yang mengalami pre eklamsi mengalami kejang-kejang dan nyawa baby atau keduanya tidak selamat.

Di hari kontrol mendekati minggu ke 37 membuat saya harus menginap di RS karena setelah cek urine albumin ternyata sudah +2 dan tekanan darah saya menjadi 190/110 artinya semakin bahaya. Kalau kata tante kasian adek bayinya seperti tercekik di dalam sana. Jadi bagaikan kita sedang menyiram tanaman itu selangnya bukannya yang baik mengalir ke tanaman tapi yang ada menyemprot dengan tekanan tinggi. Merusak tanaman terebut. Itulah yang terjadi di dalam, baby mazaya berjuang juga dengan kondisi mama yang bahaya. Ya Allah, pasrah sudah diri ini. Yang ada dalam pikiranku cuma selamat gak ya saya ini dan baby.

Tapi alhamdulilah bayi kami akhirnya lahir di Sidoarjo dengan selamat, sehat, sempurna dalam keberkahan dan kebahagiaan orang-orang yang menyayanginya di tanggal 5 July 2023 pada pukul 07:15 pagi. Kondisi sayapun juga berangsur-angsur membaik dengan tekanan darah yang menurun ketika persalinan itu.

Anak pertama kami bernama Mazaya Hayyu Rachmita, yang mazaya artinya yang unggul, hayyu yang hidup (bibit)/ hayyu diambil dari kata asmaul husna yang artinya maha hidup, rachmita dari kami orang tuanya (nama gabungan). Dengan berat 3.4 kg, panjang 49cm di kehamilan 37 week, alhamdulilah semua berjalan lancar, dan lahir sehat wal afiat.

Dan ternyata juga menjadi orang tua itu tidak mudah ya, kehidupan setelah melahirkan menjadi ibu baru telah merubah segalanya. Saya harus menjaga si kecil 24 jam, mengurusnya. Drama demi pun ada saja setiap perkembangannya. Sungguh status baru menjadi seorang ibu ini membuat saya harus lebih bijaksana dalam setiap hal. 



Baca juga,





Youtube : catatan anita














Post a Comment