Flash Back Cerita Ferina 2019 - 2020
Rasanya sudah hampir putus asa, itulah yang saya rasakan setelah kegagalan kesekian kalinya. Dulu pertama kali ivf di ferina surabaya sempat berhasil dengan kadar beta hcg 468 dan kemungkinan bisa hamil kembar info dokter di bulan september 2019. Tapi setelah dua minggu pengumuman hasil 2ww itu, mereka embrio yang di dalam ternyata tidak berkembang dengan baik, embrio-embrio itu gak survive, yang akhirnya luruh (keluar seperti darah haid dengan sendirinya) dan saya keguguran. Saya masih ingat betul rasa sakit keguguran saat itu, sungguh tidak akan pernah bisa dilupakan. Bahkan saya berikrar, “tidak mau lagi merasakan sakit yang seperti itu lagi, kalau gagal yaudah gagal aja, dan kalau berhasil ya berhasil aja”.
Lalu selanjutnya percobaan tanam (FET) di bulan maret 2020 dengan sisa 3 embrio yang di bekuan disana. 6 bulan kemudian setelah fresh transfer yang pertama tanpa babibubebo hasilnya langsung ditanyakan gagal dengan beta hcg hanya di 0.2, alias embrionya tidak berhasil menempel dan berkembang. Sedih rasnaya tapi yasudah mau gimana lagi, sudah takdir dari ilahi, kita harus kembali merasakan kegagalan, dan kali ini langsung dengan hasil yang seperti itu di rapotan 2ww. Pernah punya embrio sebanyak 6 di D5 di ferina surabaya akhirnya jadi kenangan manis di tahun 2019 dan 2020. Jadi 2 kali tanam saja sudah habis semuanya saat itu, karena memang tanamnya per 3 embrio.
Selanjutnya kami rehat dari promil dan dunia ivf. Dunia pun di guncang pandemi corona yang makin ganas semua tempat di lock down. Kita juga baru aja renov rumah, belum selesai banget renovasinya tapi sudah harus langsung jalan lagi ke ivf yang kedua, yang akhirnya kami putuskan di bocah indonesia, daerah tangerang. Seperti cerita saya pada part 1 sebelumnya kalau kami tidak ada niatan jalan ivf lagi, tapi jalan ini lebih kepada treatment untuk suami yang sempat dinyatakan kondisinya menurun saat screening di menang undian kandidat 10 besar morula untuk ivf.
Cerita FET Pertama 2021 di Bocah Indonesia
Disini di bocah indonesia kami banyak mendapatkan informasi tentang embrio yang kami miliki lebih detail, dan juga hasil yang lebih bagus dari yang sebelumnya. Saya mendapatkan 9 embrio D5. Meski di FET pertama di tahun 2022 memberikan hasil 2ww yang menyedihkan alias gagal, tapi setidaknya kami sudah tahu lebih banyak mengenai kondisi embrio-embrio dengan detail. Lagi-lagi beta hcg hanya 0.2 di FET pertama ini, jadi sudah jelas hasilnya negatif, embrio tidak menempel secara sempurna di rahim. Menurut penjelasan dokter, hal ini terjadi dikarenakan faktor kualitas embrio yang gak oke. Bisa jadi kromosomnya yang gak bagus, karena kalau benar terjadi kehamilan bisa keguguran di tengah jalan, atau kalau berhasil lahir babynya bisa cacat, subhanallah.. Begitulah penjelasan online dokter cyntia via zoom beberapa saat setelah kami dapat hasil lab setelah masa menunggu di 2ww selesai.
Entah apa yang terjadi tapi mungkin ini yang terbaik dari Allah. Mungkin ini juga bagian dari doa saya waktu itu, “kalau jadi jadi saja, dan kalau tidak jadi jangan php diri yang ujung-ujungnya gagal dengan keguguran”.
Saya juga merasakan keganjilan sebelum embrio di transfer itu, seperti sebuah sinyal semenjak dokter menginformasikan beberapa menit sebelum transfer embrio ke rahim. Kalau embrio kualitas excellent dan good itu setelah di keluarkan dari tempat bekuannya sepertinya kondisinya kurang oke. Ada yang jadi mengkerut, dan satunya lagi jadi menghitam (jadi timbul fragmentasi yang lebih banyak). Dokter embriolog memang gak bilang, kalau ini kurang oke, tapi dari info yang disampaikan sudah jelas sepertinya embrio yang kami punya ini mengalami masalah yang serius setelah dicairkan. Mimik wajah dokterpun sudah keliatan beda, meskpun ia menggunakan masker, saya masih bisa membaca wajahnya yang tidak sesumringah waktu pagi tadi saat menginfokan kualitas embrio bagus yang kita miliki dan kemungkinan akan bisa menjadi kembar nantinya.
Di pagi itu dokterpun sampai bilang, "gpp kan bu pak kalau kembar", "oh ya gpp dok kami senang saja". Dan jelas terlihat di detik-detik menjelang transfer mimik mukanya jelas berbeda. Meski begitu, sayapun menegaskan kepadanya, "apa ini masih oke kah dok, perlukah di gantikah", dokter bilang "iya bu masih ok, masih gpp kita coba masukan ya", mungkin menurutnya kita coba dulu, karena memang gak ada salahnya, dan semoga embrio ini malah nyaman di tempat aslinya, dirumahnya sendiri, di rahim ibunya. Sayapun pernah dapat kisah penyemangat kalau embrio kualitas poor bisa berkembang malah menjadi baby twin. Jadi saya harus percaya kalau kualias embrio saya miliki itu bagus-bagus semua dan berkembang dengan baik.
Embrio Excellent dan Good
Sebenarnya ada keraguan di hati kecil saya, apa bener ini kualitasnya masih oke untuk di masukkan, apa bener mereka masih bisa survive untuk berkembang di rahim saya, apa kualitasnya masih sebagus di awal excelent dan good. Dan benar saja percobaan FET pertama kita di bocah indonesia waktu itu, gagal. Saya harus menelan pil pahit sekali lagi dengan hasil beta hcg setelah 2ww hanya 0.2 saja. Sedih, bingung dan mencoba mencerna kenapa bisa begitu, kenapa mereka (embrio) yang dinilai unggul ini kok malah jadi begitu ya, gak survive dan gak bisa berkembang dengan baik di rahim. Semua berputar di kepala saya. Rasanya masih sulit menerima, kalaupun memang gradenya poor dari awal, mungkin kami akan lebih mudah menerima, tapi ini kan gradenya excelent dan good lho. Susah sekali menerima hal ini. Entahlah apa rencana Allah pada saya dan suami saat ini dan di kedepannya.
Meski embrio ini dinilai excellent dan good dari dokter embrio, tapi tidak memastikan kualitas kromosomnya bagus seperti itulah yang terjadi. Saya rasa dilihat dari proses pencairannya saja mereka sudah tidak bisa survive, sudah turun grade'lah kalau bisa dibilang. Turun dari awal yang sangat bagus ke kualitas kurang bahkan buruk kalau bisa di umpamakan. Memang dokter juga pernah menjelaskan, tingkat stres embrio itu pada saat pembekuan, pencairan, check point dan selanjutnya biopsi pada saat PGTA (kalau mau cek detail kromosomnya), kasian ya embrio-embrio itu harus berjuang bertahan hidup di kondisi yang gak mengenakan. Jadi, kami pikir penjelasan tersebut sangat logis, dan yang paling utama dari kasus ini adalah kami belum mendapatkan ridho Allah untuk benar-benar memiliki keturunan.
Mental Yang Lebih Jatuh Dari Sebelumnya
Setelah kejadian ini membuat saya kepikiran naik turun. Kadang serasa gak peduli dengan yang masih ngekos di sana, alias yang masih tersisa dan di bekukan. Pertanyaannya apa benar mereka kualitasnya benar-benar bagus seperti dari kaca mata para dokter embriolog atau sama aja dengan sudah maju duluan di FET pertama kemarin. Segalanya bisa terjadi, tapi itulah yang menghantui saya. Ketidakpastian ini. Tapi saya berusaha berfikir positif kalau Allah mungkin sedang menyelamatkan kami. Meski begitu, apapaun yang saya rasakan pada kenyataannya saya harus berfikir logis kalau masih ada tabungan yang menunggu, ya kita masih punya 7 embrio lagi, 2 kualitas excelent dan 5 good yang dibekukan.
Bulan berganti bulan dan saya masih belum sepenuhnya mau lanjut untuk yang mencoba FET selanjutnya. Kami berdua pun berusaha ikhlas tapi memang ikhlas itu tidak mudah, hanya perkataan di mulut saja. Saya sendiri masih suka berfikir kalau yang kemarin nasibnya begitu, gimana yang di masih di freeze, apakah juga sama? Rasanya malas banget untuk kembali mencoba, bahkan gak ada pikiran dalam waktu dekat untuk mencobanya kembali. Kali ini saya benar-benar kena di mental. Sampai kadang iri melihat wanita diluar sana yang bisa hamil gratisan (kalau bahasa saya), alias hamil alami tanpa harus mengalami proses panjang seperti saya. Bahkan kalau bisa dibilang proses di bocah indonesia ini sangat amat panjang, kami memulai dari tahun 2021, FET pertama baru di bulan maret tahun 2022 dan gagal.
Memang di akui proses di bocah indonesia ini jauh lebih panjang daripada di ferina. Dan entahlah, sampai kapan kami akan melalui terowongan gelap ini. Apakah ujungnya masih jauh, atau sudah dekat?
Suami sempat menyadarkan kalau kita gak maju lagi, kita hanya punya satu hasil, yakni gagal. Sedangkan kalau kita maju lagi kemungkinannya dua, berhasil atau gagal. Ya memang betul itu, saya juga bilang kalau gagal lagi gimana? katanya, yasudah yang jelas kita udah berusaha. Saya cuma bilang kalaupun gagal, saya gak mau marah kepada takdir, dan cuma bisa mencoba berusaha ikhlas dengan apa yang sudah ditakdirkan. Saya hanya bisa lakukan yang terbaik, dan saya itu cuma mau bahagia. udah itu aja!!! Last saya bilang kepada suami dengan di titik hampir putus asa, kalau gak ketemu dia (anak) di dunia, mungkin ketemunya di akhirat, sambil mewek, ah sedih banget pokoknyalah...
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Kisah Inspiratif
Ini tuh seperti kisahnya seorang mahasiswa yang akan sidang skripsi dan berhadapan dengan dosen penguji yang dinilai sering banget gak meloloskan mahasiswa yang ia uji. Ada aja kesalahan para mahasiswa dimata dosen killer ini, sampai ia gak mau atau susah ngasih nilai bagus para mahasiswa yang di uji skripsi dan mereka kebanyakan berakhir ngulang. Berita ini sudah populer di kampus, kalau dosen ini dinilai dosen killer. Awalnya anak ini ketakutan, bahkan amat sangat takut. Yang ada di dalam pikirannya gimana kalau gak lulus, gimana kalau mesti ngulang, jadi mesti bayar kuliah lagi dong, dan mesti ngulang semuanya dari nol lagi.
Tapi akhirnya ia mulai bisa berfikir dengan jernih, kalau gak lulus yaudah ngulang. Paling jelek ya harus mengulang semuanya dari nol lagi, ortu dan beberapa orang terdekat pasti akan kecewa, ya mau gimana lagi itulah yang di dalam pikirannya. Orang tua yang awalnya marah juga akan percuma kalau terus-terusan marah, selebihnya lama-lama mereka juga akan di ikhlasin kalau anaknya akan ngulang lagi. Yasudah hadapi kalau sampai besok ngulang, menurut pikirannya begitu.
Dan akhirnya ia berhasil berdamai dengan kegagalan, ketakutan, kecemasan, dan masalahnya. Singkat cerita, akhirnya apa yang ia takutkan itu gak ada yang terjadi, ia lulus dengan nilai bagus dan semua berjalan dengan lancar. Ketakutan yang sebelumnya itu, seperti sedang menguji mentalnya. Apakah ia siap, apakah ia kuat melawan masalah terburuk yang belum pasti terjadi. Kecemasan yang berlebihan itu telah menghantuinya setiap waktu sebelum sidang, yang nyatanya malahan gak terjadi. Setelah ia ikhlas kan dan pasrah dengan ketakutannya dan masalahnya, ia malah mendapatkan jawabannya. Dan itulah yang terjadi dengan saya saat ini.
Ikhlas sepenuhnya dengan takdir Allah,
Pasrah sepenuhnya kepada takdir dan kuasa Allah,
Saya hanya bisa lakukan terbaik dengan segala usaha.
Jangan ngontot, jangan ngatur Allah, maka kamu akan dapatkan jawaban yang paling indah.
Ketika saya ikhlas, pasrah dan menerima semua kemungkinan terburuk atau kegagalan itu, malah allah memberikan jawaban terindahnya.
Jawaban Terindah Dari Allah
Setiap solatpun saya berdoa menginginkan yang terbaik. Kalaupun ia beneran hadir jadikanlah pembawa kebaikan dunia dan akhirat. Kalaupun tidak atau belum, kuatkan hati ini untuk ikhlas menerima semuanya. Dengan hati yang penuh berharap dan bersandar kepadaNYA, disitulah keajaiban terjadi pada kami, setelah 2ww dan cek lab hasilnya saya dinyatakan hamil dengan kadar betahcg 1,278 ditahun 2022. Masya allah tinggi banget, jauh lebih tinggi dari yang dulu di ferina di tahun 2019. Tumpah sudah tangis bahagia kami saat terima hasil lab di siang itu.
Baca juga :
Tahapan Apa Saja Yang Perlu Kamu Tahu, Saat Mau Memulai Proses Bayi Tabung (IVF)
Jangan lakukan ini ketika ingin memulai proses bayi tabung !!
Faktor Penunjang Kesuksesan, Plus List Contekan Do & Don't Dalam Proses Promil Bayi Tabung (IVF)
Program IVF (Bayi Tabung) Di Ferina Hospital Surabaya (Bagian 1)
Inilah yang saya rasakan selama 2ww
- Badan hangat hampir setiap malam, karena ac kamar gak bisa suhu rendah sedikit saja saya kedinginan, meskipun begitu saya tetap terus menggunakan kaos kaki setiap kedinginan,
- Payudara sakit, tidur miring ke kanan atau ke kiri rasanya gak enak,
- Kelelahan, padahal gak ngapa-ngapain tapi kok rasanya badan lelah banget,
- Lebih sensitif, gak bisa liat konten di medsos yang menyentuh aja bisa mewek,
- Mulut terasa gak enak, rasanya aneh,
- Gampang ngantuk, biasanya saya gak pernah tidur siang. Tapi di 2ww ini rasanya lebih gampang tidur siang,
- Setiap pagi bangun tidur badan selalu outomatis molet (kayak baby baru bangun tidur) dan ini refleks,
- Di hari ke 9 setelah FET, perut bagian bawah berasa lebih kerasa keram beberapa saat, seperti ada tekanan dari vagina ke perut bagian bawah,
- Perut sering terasa gak nyaman banget sesekali dari setelah FET, dan ternyata setelah progynova di stop rasa gak nyaman itu menghilang,
- Ada keputihan bening di beberapa hari trakhir menuju 2ww selesai, tapi tetep dokter berpesan jangan gunakan pentiliner, jadi sering-sering ganti celana dalam saja,
- Keliyengan yang suka datang sesekali,
- Perut yang berasa penuh dan sebah. Dan kalau penuh sedikit saja berasa mual pengen muntah.
Seperti anjuran perawat juga dokter, setelah hasil untuk segera infokan dan keesokannya kita harus kontrol ke dokter cyntia. Saya langsung DM Instagram beliau dan juga info ke perawat supaya dibuatkan janji ketemu besokannya dengan dokter.
Baca juga :
Makeover Kamar Tidur Minimalis Menggunakan Cat Dinding Nippon Paint Flaw-less (Sable Brown)
Punya Hobby Dekor Jadi Pemborosan atau Malah Banyak Keuntungan?
Kontrol Ke Dokter Cyntia 1 Hari Setelah Hasil 2ww
Baca juga :
Trimester 1, Keberhasilan IVF di FET Ke 2 Di Klinik Bocah Indonesia - Tangerang (Part 8)
Kenapa Rumput Tetangga Selalu Kelihatan Lebih Hijau?
Mengapa Orang Cenderung Oversharing di Media Sosial. 8 Yang Sering Muncul Nih
We Deserve To Be Happy!!
Pengalaman Naik Taksi Online Yang Nyebelin
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
Post a Comment