A Friend And A Good Friend

Picture : pixabay.com

Manusia katanya makhluk sosial, tapi pada kenyataannya banyak yang lebih suka hidup sendiri. Tentunya mereka memiliki beberapa alasan yang berbeda-beda. Menjadi orang yang menyenangkan memang kadang tidak mudah, tapi jika kita selalu berusaha menyenangkan orang lain pasti kita akan dibuat sibuk sendiri atau malah tidak memperhatikan kesenangan untuk diri sendiri dan hal itu akan menyenangkan pastinya, karena bagian dari sedekah.

Kata orang membahagiakan orang itu baik, dan kita akan merasakan kebahagiaan yang sama seperti orang tersebut. Tapi bagaimana kalau kita yang sudah berusaha baik tapi ada orang yang diam-diam menaruh kekesalan terhadap kita, tentu ini akan menjadi masalah yang berbeda. Baik bagaimana kalau kita sejenak bertanya pada diri sendiri mengenai hal ini.

Apakah selama ini kita sudah berusaha menjadi orang yang baik bagi orang lain?
Apakah perilaku kita selama ini perah mengganggu orang lain?
Apakah kita tanpa sadar pernah menyinggung oran lain dengan menyindir via medsos atau apapun itu?
Apakah kita cenderung tidak bisa menahan emosi diri dan lebih suka mengungkapkannya di medsos
dengan alibi daripada menyakiti diri sendiri lebih baik di ungkapkan di media (dengan mengesampingkan perasaan orang lain)?
Apakah kita pernah bersikap kurang bersikap toleransi terhadap kesalahan orang lain?

Pertanyaan-pertanyaan itu mungkin hanya diri kita sendiri yang tau, apa benar sikap kita kurang diterima atau ada faktor lainnya?

Biasanya seorang atau beberapa orang yang kita temui itu hanya bisa disebut sebagai teman saja atau teman biasa jika kita memang kurang memiliki kedekatan yang intens terhadapnya. Sedangkan orang-orang yang mempunyai keter'ikatan hati dan kecocokan secara emosional bisa dikatakan sebagai teman dekat seorang sahabat atau malah bisa disebut sahabat . Mereka yang dikatakan sahabat atau teman karib lebih bisa menerima kita baik disaat kita sedang salah, kondisi sedih dan selalu menerima dengan lapang dada jika kita membutuhkannya.

Picture : pixabay.com

Faktanya adalah gak semua orang bisa cocok dengan kita. Orang yang cocok dengan kita biasanya memiliki beberapa kesamaan baik itu pemikiran, pemahaman, dan tentunya sikap yang menerima dengan murni kelakuan dan perilaku kita, memiliki kesamaan juga dalam bercandaan, kegilaan dan konsep dari beberapa hal yang bersifat prinsipil. Tapi meskipun berbeda mereka masih bisa menerima, bukannya menyindir atau membenci secara diam-diam dan akhirnya hubungan pertemanannya menjadi retak. Mereka yang tulus berteman dengan kita akan lebih murni menyampaikan pendapat, lebih suka bicara dari hati ke hati dan saling menasehati kalau-kalau temannya sedang salah langkah.

Saya sendiri berargumen teman sejati kadang itu seperti jodoh, dan mereka yang silih datang dan pergi dalam kehidupan kita kebanyakan hanya sekedar teman biasa, sebatas kenal saja, sekedar tau, atau syukur-syukur jika cocok baru deh bisa menjadi teman dekat. Makanya banyak di antaranya belum tentu jodoh dengan kita, atau belum tentu hubungan pertemanannya akan harmonis (terus berkelanjutan) atau hanya sebatas saat itu saja.

Kebanyakan mereka itu jumlahnya banyak bahkan banyak sekali, kalau dihitung hitung kita akan memulai kenal orang-orang sekitar itu dari kita kecil dan tentunya sampai saat ini, dan kebanyakan datang dan pergi, kenal dan pergi begitu saja, seperti mimpi. Contohnya kita sendiri suka berbicara di kantor tapi gak tau secara orangnya seperti apa, dan orang dari departement sebelah itu juga belum tentu kenal kita, apakah cocok dengan kita atau tidak jika tidak mereka akan tereleminasi oleh waktu dan akhirnya kita lupa siapa mereka dan pernah kenal dimana ya. Lucu bukan?

Banyak orang yang memiliki karakter berbeda-beda, mulai dari ada yang baik tapi cuma sekedar teman biasa saja, ada teman yang katanya baik tapi ternyata dibelakang suka kepoin medsos dan bersikap gak perduli saat ada berinteraksi pada kehidupan nyata, ada yang terlihat di depan sangat baik dan berjasa besar tapi ternyata dia adalah tipe pribadi yang suka menyindir dibelakang dan juga ternyata menyimpan kedongkolan secara diam-diam, ada juga yang katanya ada hubungan darah atau saudara tapi jika interaksi setiap kata yang keluar darinya tidak jarang adalah yang kurang enak di dengar dan gak jarang juga justru malah menyudutkan juga meremehkan apapun yang saya lakukan. Dan ada juga katanya teman, tapi saat ada moment besar tapi keberadaannya sama sekali tidak diketahui dan dia sibuk dengan seribu satu alasan untuk di ungkapkan di media chat, dan pada akhirnya saya hanya bilang yasudahlah.

Kita dan kamu disana gak pernah tau apa yang terjadi kedepannya, makanya ada yang bilang temen ya cuma temen gak ada yang lebih dan gak perlu banyak berharap dari seseorang yang dikatakan teman biasa. Bahkan jeleknya kalau sampai ketemu sejenis temen makan temen itu akan lebih buruk kedepannya. Banyak diantaranya karena seiring waktu yang berjalan mereka yang dulu gak akan pernah selalu sama. Banyak yang akan berubah dan sayangnya berubah menjadi tidak seindah dahulu, bahkan gak jarang semua akan hilang begitu saja dan parahnya akan menjadi tidak teringat lagi.

Maka dari itu banyak mereka diantaranya hanya ingin tahu dan bukan perduli terhadap kehidupan kita. Sebagai seorang muslim memang tidaklah boleh berprasangka buruk atau negatif terhadap sesama karana itu bagian dari dosa, tapi kita pun tidak menutup mata terhadap apa yang kita alami. Mau tidak mau, kita pun akan memfilter dengan bijak dengan siapa seharusnya kita berteman dan apakah murni atau tidak.

Menjadi orang baik adalah niat, membuat orang senang adalah kesenangan dan menjadikan teman adalah musuh adalah hal yang paling dihindari, tapi jika pada kenyataannya orang-orang yang kita harapkan itu membuat kita kecewa, apakah kita harus nangis-nangis, guling-guling dan teriak-teriak kalau mereka mengecewakan, oh tentu tidak kita pasti bisa menyikapinya lebih bijak lagi.

Maka action yang lebih bijak dari itu semua adalah keluar dari zona sesak itu dan kita harus cukup pintar dalam  membuat atmosfer baru dimana ada kedamaian dan ketengan hati. Gak semua orang menyenangkan hati kita tapi juga gak semua orang itu menyebalkan. Belum tentu kita salah 100% dan belum tentu dia yang salah 100%.  Dan lagi-lagi yang waraslah yang berfikir positif. Berusaha menerima dengan ikhlas.  Kedepannya pasti kita akan menemukan kedamaian dan ketenangan hati yang telah lama kita idam-idamkan, menemukan yang baik dengan tulus bersama kita, berteman dengannya dan dipertemukan olehNYA dikarenakan sama-sama berhati murni bukan karena kepura-puraan yang penuh dengan topeng.
Bagaimana dengan kamu?


Baca Juga :

Post a Comment