Dulu sekitaran umur 16 sampai lulus kuliah di umur 22 tahun menganggap masa tua itu masih lama, masih jauh. Apalagi kepikiran punya baby cepet, dan mengurus rumah tangga layaknya emak-emak pada umumnya, rasanya big no no. Segalanya masih ingin dirasakan, happy tanpa beban. Punya uang, dan bisa ngapain aja. Beli apa saja, jalan-jalan dan segalanya tanpa menyusahkan ortu.
Dulu berfikir urusan terkait rumah tangga, seperti bayar listruk, gas abis, bayar cicilan rumah, belanja sayur, belanja bulanan dan pengeluaran rutinitas khas rumah tangga itu adalah yang masih jauh. Ah nanti, ah ntar aja. Kan masih single ngapain ngurusin hal itu kan masih jauh, nanti sajalah.
Masih berfikir tanpa tujuan uang yang ku tabung selama ini, padahal akhirnya ujungnya uang itu terpakai juga untuk biaya pernikahan dan perintilan kebutuhan setelah menikah. Syukurnya juga diri ini bukan pribadi yang boros ngabisin uang gaji tiap bulan, tidak suka beli barang branded, tidak beli gadget mahal, enggak suka fomo buat ngopi mahal tiap hari, ataupun tidak traveling yang gak ada habisnya. Alhamdulilah semua masih tertakar dengan baik. Sehingga tidak ada penyesalan cape kerja yang tak berbekas. Tapi cape kerja kemarin setidaknya masih ada yang bisa dinikmati hari ini.
Ternyata gak seperti itu gaes, dulu yang mengira masa tua itu masih jauh nyatanya gak sejauh itu malahan dekat Life like a blink, baru aja mengedipkan mata semua sudah berubah. Perasaan aku tuh masih muda lho, tapi nyatanya umur sudah gak muda lagi. Perasaan biasa aja kok melakukan ini itu, tapi nyatanya fisik gak bisa bohong. Padalah kayaknya cuma sekian tahun aja gak kerja dan banyak dirumah biasa aja kok, tapi nyatanya pas keluar rumah ngobrol sama ortu murid sekolah yaya udah beda jauh banget umurnya. Hah ini beneran?
Boyband westlife yang dulu ganteng-gantengn banget, kok sekarang udah pada ada keriputnya, dulu juga si bintang superman itu gantengnya gak ketulungan tapi kok sekarang udah berubah banget, lebih berisi dan ada ada keriput disana sini. Ah rasanya bener-bener menolak tua deh, menolak mereka yang berubah jadi tua dan aku, aku sendiri sekarang beneran juga sudah berubah?
Dulu paling kesel dipanggil bu sama orang, asli beneran gak suka. Tapi sekarang panggilan ibu itu rasanya sudah biasa ku dengar, meski ku masih merasa muda seperti dulu ketika masa single dan kerja di kantoran. Tapi nyatanya kini hanya ibu rumah tangga yang fokus mengurus anak, rumah dan suami di rumah.
Jadi muda itu sebenarnya apa, perasaan, angka atau kenyataan yang ku denial ?
Nyatanya semua sudah berlalu sekian tahun yang lalu. Nyatanya mama yang ku kira selalu sehat, kuat dan selalu mandiri ketika bapak sering di luar kota sekarang sudah beda alam. Sudah meninggal sekian tahun yang lalu.
Dulu berasa sedih ketika ortu makin keliatan keriputnya, menua alami di makan oleh waktu, sekarang aku sendiri mengalaminya. Tua itu ternyata datang lebih dekat lebih cepat dibanding persiapannya dan penerimaannya. Dan masa muda yang dikira lama itu ternyata sebentar, seperti mimpi yang sekejap sudah mulai sirna. Masa muda penuh harapan, tantangan, ketidakjelasan, kerja keras itu nyatanya kini sudah berganti era. Era yang harusnya lebih mendekat kepadaNYA, lebih banyak instropeksi diri, lebih bijak dalam memandang masalah, dan lebih dewasa dalam mencerna segalanya.
Perasaan masih muda itu tetap masih ada, meski angka telah berubah, fisik juga berubah. Kadang suka bingung kemana mereka semua yang sebaya denganku, kemana mereka semua yang dulu banyak kutemui, yang obrolannya nyambung, dan pengalaman hidup yang setara dengan umurku, kemana ?
Nyatanya kini hidup yang penuh berkah ini bukan sekedar hidup tapi keberuntungan. Suatu kenikmatan yang masih bisa menikmati segalanya dengan mudah, keluarga kecil yang sehat jiwa raga, dirahmatiNYA, penuh kebahagiaan, penuh canda tawa, penuh rasa aman terlindungi, tercukupi dan penuh kehangatan.
Muda itu nyatanya adalah masa lalu yang penuh doa pengharapan yang kini sudah terterjawab apa yang diharapkan, di usahakan. Angaka itu terus berjalan seiring doa-doa apa saja yang telah dipanjatkan kemarin. Memang semua punya batas dan takdir, tapi perlu di ingat yang bisa meruban takdir adalah doa. Doa-doa baik akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan yang terbaik sesuai dengan kehendakNya.
Tak ada yang salah dengan perasaan muda, yang salah adanya belumnya cukup tau diri bahwa tahun demi tahun diri ini nyatanya berubah menua alami termakan jaman dan waktu. Hanya pribadi yang berguna dan dinilai baik orang lainnya lah yang akhirnya akan dikenang baik oleh orang lain.
Post a Comment