Bisnis Yang Jujur di Era "Zaman Now"


Sebagai mantan pekerja kantoran, setelah memutuskan resign, ada beberapa pilihan yang kedepannya akan dikerjakan. Entah sebagai pengacara (pengangguran bayak acara), enterpreneur, pedagang/ pengusaha atau sebagai IRT (Ibu rumah tangga) sejati saja. Semua keputusan pasti ada konsekuensi tersendiri.

Buat saya pribadi, selain sebagai IRT saya ingin merintis sebagai enterpreneur. Yah meskipun masih awam tapi setidaknya saya ingin belajar semua mengenainya. Baground saya sendiri adalah lulusan IT,selain itu tidak pernahnya saya mengikuti seminar tetang kewirausahaan membuat buta mengenai hal ini. Maka dari itu saya harus berbenah diri mempelajari lebih dalam tentang ilmu kewirausahaan entah dari komunitas-komunitas ataupun belajar secara autodidak.

Tiga bulan sebelum lepas kerja sebagai karyawan, saya memulainya membuka toko di Market Place "Shopee", dimana kala itu namanya belum se'booming sekarang. Selain belum banyak saingan, berjualan disana juga enak, seenak makan siang dengan menu favorit di kantor. Yup, hampir tiap hari saya mendapatkan pembeli. Meski hanya 1-2 tapi ini benar-benar progress yang berarti. 


Saat itu saya tidak mengiklankan dan mempromosikan. Ini benar-benar sangat mudah. Suplier saya saat itu pun masih baru berjualan setahun. Dan diliat dari kredibilitasnya sepertinya ok (setelah saya survey, akan keberadaannya tentunya).

Saingan belum banyak dan di bantu dengan stok barang yang always ready,  membuat saya mudah interaksi dengan customer. Suplier pertama oke lalu saya menambah ke suplier kedua. Kerja sebagai karyawan swasta pun masih saya jalani. Rasanya bener-bener happy ketika akhir bulan dapat uang tambahan diluar gaji. Wah klo kaya gini, kenapa saya tidak lakukan dari dulu ya hhihii ^___^

Semua saya nikmati almost setahun, tapi setelah itu. Semua progress yang naik perlahan tiba-tiba  turun. Saya bingung ini kenapa ya? Setelah lakukan pengecekan lebih detail ke market place dan kondisi pasar sesuai barang yang saya jual, saya pun tahu apa yang terjadi.

Suplier saya juga menjual barangnya di market place dengan harga sama yang ia  jual ke saya.
What ?
Yess, dia membuka jalur untuk orang-orang diluar sana untuk menjual barangnya, tapi dia jugalah yang menutupnya. atau sebutan yang lebih ekstrim "mematikannya". Seharusnya etika berjualan dari pihak suplier yang ditetapkan  untuk reseller dan konsumen biasa itu berbeda, bukan sama. Jika sama, lalu apa gunanya jadi reseller ? kalau pembeli biasapun dapat menikmati harga yang sama, secara otomatis akan mematikan resellernya. Dan hal ini lah yang tidak dipahami oleh seorang produsen atau suplier

Bagi saya ini sangat tidak adil, karena lahan saya ditutup spontan di dunia per'online'an. Hampir semua market place saya cek sudah di ambil porsinya oleh suplier saya sendiri. Lalu saya harus berjualan dimana? Offline ? Saya rasa Ini adalah pilihan terakhir.

Perlahan sepi lalu lama-lama mati itulah yang terjadi. Anak "zaman now" sudah pasti akan lebih memilih barang yang harganya lebih murah, meskipun selisih beberapa rupiah. Karena Jempolnya lebih pintar mencari barang yang sama bentuk dan kualitasnya dan lebih murah dibanding barang baru yang dia temui dengan di google atau market place pada saat ia enter.

Saya rasa hal-hal seperti ini seharusnya menjadi perhatian khususnya untuk para pelaku bisnis terutama untuk produsen yang baru memulai usahanya dibidang enterpreneur. Harga untuk reseller tidak boleh sama atau bahkan hanya beda tipis dengan konsumen biasa. Dimana reseller pasti memiliki effort yang lebih untuk menjualkan barangnya  dibanding konsumen biasa. Selain bisa sama-sama menguntungkan kedepannya, resellerpun tidak tergulung usahanya, hanya karena sang produsen arogan atau memang tidak mengerti kondisi pasar. Atau kata lainnya rakus akan pasar, sehingga ia melahapnya ke semua segmen.

Usaha itu butuh kejujuran, bukan hanya dari penjual tapi juga pembeli. Reseller adalah orang yang memiliki niat untuk menggelar usahanya dengan bergantuk produk yang ia jual dari produsen yang ia percaya produk itu kualitasnya bagus. Produsen tanpa reseller itu tidak akan bisa besar namanya. Begitupun reseller tanpa produsen tidak akan bisa menjual barang, karena sama-sama menguntungkan. Kenapa dipersulit ruang gerak sang reseller.

Usaha kreatif menengah banyak yang berkembang pesat, kemajuan teknologi seperti munculnya smartphone yang didukung dengan beberapa aplikasi media sosial yang dijadikan lapak jualan, membuat usaha-usaha rumahan tumbuh subur seperti jamur di atas kayu yang habis disiram hujan.

Orang-orang yang kreatif, ulet, rajin dan gigihlah yang akan maju kedepan melewati orang-orang yang telah eksis terlebih dahulu. Pemula yang belajar tentang bagaimana sih dunia usaha, apa sih kendalanya dan yang paling banyak pertanyaannya Bagaimana sih cara memulainya? adalah orang-orang yang ingin maju, yang tidak hanya puas berada di zona nyaman saja.
Caranya memang semua dari nol, tapi ketika ia memulai sesuatu yang simple tapi sudah dibatasi ruang lingkupnya bagaimana bisa membantu kawan-kawan kita yang dibawah ?

 
Baca Juga :





Post a Comment