Pengalaman Pertama Renovasi Rumah - Bahas 7 Hal Persiapannya Yuk! (Part 1)


Picture : Doc Pribadi/ Anita Komala Sari

Sejak kami menempati rumah baru kami di tahun 2017 lalu, memang belum pernah ada renovasi besar-besaran, hanya beberapa penambahan kecil yang tidak signifikan perubahanya. Dan kita pikir, perubahan kecil saja dananya lumayan ya, apalagi kalau renov besar, jadi kami ngambil keputusan yaudah deh nanti saja renov rumahnya. Lalu di tahun 2020 kemaren, dimulai dengan niat awal mau pindahin dapur ke belakang, eh kok malah jadinya merubah banyak bagian belakang rumah, alias renovasi besar tanah sisa bagian belakang.

Ya dulunya memang kita berfikir waktu beli rumah, pokoknya ruangan yang cukup yang tidak terlalu sempit dan tidak juga terlalu besar saja pilihannya. Kenapa ? karena kalau sempit, saya kurang leluasa, sedangkan kalau besar juga jelas mentok di dana. Alhamdulilah Allah mentakdirkan kami punya rumah di perumahan dengan konsep islami dengan ukuran luas tanah 120m, bangunan 54m. 


Picture : Doc Pribadi/ Anita Komala Sari

Meski pada awal pembelian keinginan hati sebenarnya di tipe 75 tapi setelah di pikir, sepertinya kami terlalu memaksakan, selanjutnya pilih tipe 62 dimana ini sebenarnya adalah rumah ukuran tipe 54 + sisa di belakang untuk kamar pembantu. Tapi karena di "racunin" sama salesnya saat beli dibilang "karna ibu bapak masih berdua apalagi baru mau menikah, sayang bu-pak untuk ukuran 62 kamar pembantunya ngangkrak kalau gak di pakai", jadilah ujung-ujungnya kami pilih tipe 54, dengan pemikiran ah kayanya udah cukup deh, yaudah pokoknya gak mau turun tipe lagi karena tipe lainnya kurang sreg.


Baca juga :




Dari sini satu hal yang tidak pernah terlintas, beli rumah untuk di renovasi agar kedepannya bisa lebih keliatan besar, luas dan nyaman. Hal itu sama sekali tidak terlintas. Saya sendiri hanya mengandalkan ruangan yang sudah jadi tanpa mikir berkembangnya ini rumah kedepannnya, alias akan jadi rumah tumbuh. Dari sinilah saya pikir mungkin jadi salah satu kesalahan dan kekurangan saat akan beli rumah, meskipun hal ini tidak 100% salah ya.


Picture : Doc Pribadi/ Anita Komala Sari

Rumah dengan luas tanah 120m di kondisi sekarang ini adalah ukuran yang cukup besar, karena brosur-brosur lainnya yang di sering di tawarkan sales perumahan di mall, keseringannya menawarkan ukuran luas tanah tidak lebih dari 100m untuk di sekitaran pinggir kota jakarta. Bahkan banyak yang menawarkan tipe 75 dengan andalan luas bangunan besar alias tingkat, Sudah harganya selangit saya sama sekali tidak sreg dengan penawaran itu semua. 

Dari situ saya seperti di sugesti untuk beli rumah jadi tanpa mikir kedepannya mau di renov seperti apa yang kita mau. Rumah instan hasil kreasi sang arsitek yang di jual oleh developer dan designya sama semua, bedanya cuma di tipenya aja. Akhirnya membuat orang beli tanpa mikir ribet untuk pake rombak-rombak sana sini, ya intinya tinggal huni aja deh, kelar sudah. 

Salah satu hal yang menjadi kekurangan kalau punya tanah sisa yang ngepres dan bangunan tingkat akan susah merenov'nya, meski susah bukan berarti gak bisa, tapi tetap saja ini lebih sulit untuk di kreasikan lagi bangunannya.


Kunjungi juga channel Youtube saya,

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Video : Youtube/ Catatan Anita


Beda hal dengan bangunan lantai satu yang menyisakan tanah lebar di belakangnya. Meskipun sulit menemukan rumah dengan design seperti ini tapi tetap masih ada di pinggiran kota jakarta yang mendekat ke arah bogor. Sudah murah tanahnya masih lebar-lebar yang di tawarkan. Sehingga orang bisa dengan mudah merenovasinya kelak menjadi apa yang dikehendaki. Tapi balik lagi ada harga ada fasilitas. Ada rumah dekat dengan kota jakarta tapi sudah selangit harganya, sedangkan rumah-rumah di antara area depok dan bogor atau tengah-tengahnya, harganya masih bisa terjangkau tapi ya sudah jauh dari pusat kota.

Kembali ke cerita saat saya beli rumah, disinilah kurang cermatnya saya dalam mengambil keputusan membeli rumah, padahal rumah tipe kecil jika dapat tanah lebih lebar, kedepannya akan menjadi rumah tumbuh atau rumah yang bisa di renov sesuai yang kita mau. 

Tapi memang dibalik itu semua, terselip impian atau keinginan di pikiran dahulu yang menginginkan rumah dengan 2 laintai yang entah akan kapan terjadi. Karena melihat harga rumah yang sangat fantastis tapi gaji tidak setinggi harga rumah.

Dan lagi-lagi Allah menggerakkan menuntun hatiku dulu, untuk memilih tipe 54m. Yang nyatanya saat ini area belakangnya menjadi lantai 2, dengan total luas bangunan saat ini menjadi 95m. Alhamdulilah tidak jadi dengan yang tipe 75 dulu di awal beli, kini bangunan ini menjadi 95, masya allah tabarakallah..

Sebelumnya kami sempat berfikir, jika di bangun lantai dua kedepannya apakah sanggup naik turun lantai jika kita sudah menua ? tapi jika tidak di bangun lantai dua apakah cukup dengan lantai satu saja ? Dan bismillah kami teruskan niat bangun rumah ini agar rumah ini menjadi surga dunia untuk keluarga kami, aamiin.


Picture : Doc Pribadi/ Anita Komala Sari

Diskusi panjang telah kami lakukan, bolak balik membahas konsep rumah ini kedepannya mau di apakan ya ? karena sisa tanah belakang tidaklah begitu banyak. Lalu kami pun meneruskan design akhir kami dan membuatnya menjadi nyata.

Mau tahu apa saja persiapan kami untuk renovasi di sisa tanah belakang rumah ?

1. Cek Budget Keseluruhan

Tentu aja dalam persiapan awal adalah budget, ini sangatlah penting. Gak mungkin kan maen minta renov aja tanpa tau isi kantong kita itu sebenarnya berapa sih. Apa cukup sesuai bangunan yang kita mau atau harus nabung lagi. Cek isi kantong, perkiraan berapa lama akan dibangun, estimasi kebutuhan bahan bangunan akan habis berapa kira-kira, cek harga tukang terkini. Kalau gak tau, alias buta seperti kami tanya tukang yang akan kamu pekerjakan, kira-kira kalau saya mau di bangun seperti ini habiskan dana berapa pak? dengan dirincikan bahan bangunannya kebutuhannya apa saja dan langung kalikan 2. Lho kenapa begtu, ya karena memang begitu kalau mau cari aman. Ini berdasarkan pengalaman saya ya, dan juga masukan dari ayah mertua. Jika tukang bilang akan habiskan 50 juta tukang dan bahan, maka persiapkan 100 juta di kantong. Kok gitu amat ? ya kalau mau cari aman ya sepertinya harus begitu. Inipun setiap bahan bangunan di kontrol dan dibeli oleh suami saya sendiri bukan mengandalkan tukang sepenuhnya.


2. Persiapkan Design Ruangan Baru

Mau renov tentunya sudah tau design bangunan seperti apa yang akan kamu bangun. Dana terbatas seperti kami membuat kami menjadi arsitek dadakan, ya arsitek abal-abal atas rumah kami sendiri. Kami men-design gambar sendiri sesuai keinginan, selanjutnya di koordinasikan dengan tukang apakah kira-kira bisa seperti yang kami mau. Sekian kali ganti dan sekian kali rubah design itu menjadi pembicaraan sebelum renov ini dimulai. Dan akhirnya design akhir cukup membuat kami puas, alhamdulilah.

Picture : Doc Pribadi/ Anita Komala Sari


3. Mau Pakai Tukang Harian Atau Borongan

Hal selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah, mau pakai tukang harian atau borongan nih?
Dengan pemikiran yang sama yakni pakai borongan saja, akhirnya kami putuskan yasudah borongan saja. Kenapa borongan bukan harian ? awalnya kami mikir, kan kalau borongan tukangnya di paksa kerja cepet semakin cepet mereka semakin untung, semakin lama mereka semakin rugi dan terutama pembayaran mereka udah di kunci di kesepakatan di awal. Berkaca dari tukang yang pernah kerja di tempat orang tua, mereka akan mereka akan menyelesaikan dengan cepat, cepat selesai cepat untung. Tapi ternyata tidak semua tukang seperti itu. Karena ada beberapa kondisi di luar dugaan yang tejadi, kami merasa salah ambil keputusan. Kami tidak bisa mem'push supaya mereka kerja lebih cepat dan efisien waktu. Seharusnya selaku pemilik rumah bisa handle kondisi ini, tapi ternyata tidak. Jadi, seharusnya kita ambil harian saja BUKAN Borongan.


4. Cek Harga Bahan Bangunan

Jika sudah dapat list bahan bangunan dari tukang cek dan koreksi kira-kira mana saja yang belum masuk dari perkiraan tukang. Lalu bahan mana saja yang mau di upgrade, bisa juga cek di tokot-toko online, nah dari situ kita akan tahu bengkaknya biaya dari perkiraan awal si tukang kira-kira berapa. Buat list sendiri di excel atau biar gambang catatan di aplikasi google keep (android). Dari sini kamu akan bisa pastikan harus berapakah isi kantong kamu jika mau memulai renov besar-besaran.


Picture : Doc Pribadi/ Anita Komala Sari

5. Optimasi Penyelesaian Renovasi

Dari awal konsultasi dengan tukang kita akan tahu sebenarnya berapa lama sih pengerjaan ini? jadi dari situ kamu akan bisa memprediksi kira-kira berapa sih biaya yang akan dikeluarkan selama proses pengerjaan itu. Tapi kembali lagi, contoh kalau tukang bilang bisa dikerjakan cuma 2 bulan, artinya lebihkan saja 1 bulan atau mungkin bisa lebih jika tukang yang kerja di rumah berkurang jumlahnya.


Picture : Doc Pribadi/ Anita Komala Sari


6. Persiapkan Dana Darurat

Dalam setiap kondisi apapun itu, memang kita disarankan untuk selalu menyiapkan dana darurat. Jika sewaktu-waktu dana itu di butuhkan akan siap kita ambil kapanpun itu. Begitupun dengan renovasi rumah, dana besar yang akan di keluarkan sepanjang renov pun harus terpisah dengan dana darurat. Karena apapun bisa terjadi dan membutuhkan dana secepatnya. Pengalaman dari renovasi rumah ini, sejujurnya dari dana yang di siapkan sudah sangat di luar budget, ini tidak perlu ditiru. Karena bengkaknya hal tersebut tidak lain karena adanya penambahan ruangan meter persegi yang tadinya tidak masuk dalam list renovasi. Kembali lagi semua itu harus disesuaikan dengan dana yang tersedia apakah masih bisa masuk atau sudah warning, dan pastikan jangan sampai mengganggu isi kantong lainnya.

7. Kehidupan Selama Renovasi

Penting gak penting tapi memang penting, ya apalagi tentang keberlangsungan hidup selama renovasi rumah yang dinilai besar. Untuk keluarga yang sudah memiliki momongan sebaiknya mengontrak rumah saja untuk sementara karena debu yang dihasilkan sangatlah menggangu si kecil. Untuk saya sekian bulan renov ini hanya kamar utama yang menjadi teman sehari-hari, ya kurang lebih seperti di pingitlah. Keluar kamar cuma ke toilet, dapur atau ada perlunya saja, karena tukang masih bolak balik di dalam rumah.

8. Perintilan

Kalau dilihat sekilas kok kayanya gak mahal ya, tapi jika perintilan itu di masukan ke dalam dokumentasi pribadi list pengeluaran di aplikasi, yang keluarnya tiap hari tiap waktu, lalu di total ternyata gede juga lho.. Saya sendiri sampai kaget kalau selama ini sudah keluar sekian banyak, seperti gak terlihat, hal kecil-kecil itu jalan terus. Dan totalannya membuat syok terapi juga kalau diketahuinya di awal angkanya. Seperti biaya, cemilan tukang/ snack, kopi, air minum, uang tips untuk orang yang kirim bahan dari toko material, lalu bahan-bahan yang pengeluarannya sebenarnya sekian puluh ribu saja atau beberapa ratus ribu saja tapi sering ternyata membuat gunung es di akhir totalan. Ya hal ini menjadikan penyumbang dana pengeluaran yang tidak bisa di sepelekan juga angkanya. 

Yah begitulah pengalaman renovasi kami, semoga informasi ini dapat membantu teman-teman yang baru mau renovasi rumah tapi bingung mulai dari mana.


Baca Juga :




Kunjungi juga channel Youtube saya,

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇

Video : Youtube/ Catatan Anita



Post a Comment